“Oleh karena manusia diberi keleluasaan untuk memilih, maka pilihlah untuk berperan menjadi sebab”.
Opini – PERBINCANGAN perihal kepemimpinan daerah di era otonomi saat ini menjadi tema diskusi yang menarik adrenalin gagasan banyak kalangan, terutama urgensinya bagi keberlangsungan etape daur hidup sirkulasi pemerintahan daerah dan daerah pada umumnya dalam arti luas. Betapa tidak, kepemimpinan memiliki daya tawar yang tinggi sebagai salah satu faktor yang memainkan peran sangat strategis dalam menentukan cetak biru suatu daerah pada masa-masa mendatang.
Sejumlah penelitian menyimpulkan, bahwa dalam tatakelola organisasi pemerintahan, yang sangat penting adalah karakter dari pemimpinnya. Menurut Covey, bahwa 90 persen kegagalan kepemimpinan adalah kegagalan pada karakter, demikian pula sebaliknya. Karena itu, setiap orang harus memikiki pertimbangan yang matang serta selektif dalam menentukan individu-individu yang pantas untuk memangku mandat kepemimpinan. Ia bertalian dengan eksistensi sosok yang dipercaya menjadi pemimpin, serta figur yang dipandang memiliki kemampuan dan/atau skill lebih baik ketimbang rata-rata kebanyakan orang. Intinya, kepemimpinan bertalian dengan penyatupaduan dari kemampuan, cita-cita, dan semangat kebangsaan dalam mengatur, mengendalikan, dan mengelola rumah tangga keluarga maupun organsisasi atau rumah tangga Negara (Husaini Usman, 2008).
Torehan sederhana ini fokus mengulas tentang pentingnya kepemimpinan restoratif dalam meniti kemajuan masa depan, terlebih bagi daerah seperti Lombok Utara, yang sedang bangkit dari siuman akibat terpaan bala bencana yang telah mengoyak segenap aspek kehidupan berdaerah. Daerah otonomi terbungsu di NTB diguncang gempa bumi tahun 2018 dan diterpa Covid-19 tahun 2020. Dampaknya, hingga kini masih dirasakan oleh seluruh warga bumi Tioq Tata Tunaq dalam berbagai dimensi kehidupan berdaerah.
Menggesa proses pembangunan padal berbagai aspek yang telah luluh kantak oleh bencana, maka model kepemimpinan restoratif menjadi pilihan yang tepat bagi Lombok Utara di tengah seabrek pekerjaan rumah menanti solusi yang komprehensif dari hulu hingga hilir. Mengapa gaya kepemimpinan restoratif menjadi tawaran yang patut dipertimbangkan sebagai jalan keluar bagi Kabupaten Lombok Utara. Pertama, gaya kepemimpinan yang dapat mengubah visi-misi menjadi aksi yang nyata, mendorong individu dan masyarakat berubah ke arah peningkatan kualitas diri, serta mengedepan budaya birokrasi yang ramah, bersih, dan melayani.
Kedua, kepemimpinan yang memiliki kemampuan untuk menciptakan, menjelaskan serta menawarkan gagasan-gagasan yang menarik, kreatif, terbuka untuk diuji, serta unggul dalam persaingan dengan pihak lain. Ketiga, menawarkan perubahan cara berpikir dalam kepemimpinan dan manajemen dari paradigmaa lama menuju paradigmaa baru demi mengantisipasi era global dalam pengelolaan pemerintahan daerah pada masa depan. Keempat, kepemimpinan yang mampu menggerakkan perubahan sumber daya organisasi secara optimal, baik sumber daya manusia, fasilitas, finansial, dan faktor eksternal dalam rangka mencapai tujuan yang bermakna sesuai dengan target yang telah ditentukan.
Lantas, apa saja kelebihan kepemimpinan restoratif?
Pertama, Menginspirasi. Pemimpin inspiratif akan bekerja untuk sesuatu yang lebih besar dari sekadar bekerja yang sifatnya rutinitas dan biasa-biasa. Intinya, berpikir out of the box. Pemimpin yang senantiasa menyelaraskan nilai-nilai yang inhern dalam dirinya sembari berinisiatif menciptakan spirit dan antusiasme pada tim kerja internal birokrasi penerintahan daerah. Penasaran, apa perangai yang menonjol dari seorang pemimpin dengan karakter menginspirasi.
1. Memiliki visi futuristik. Pemimpin inspiratif memiliki visi yang berorientasi masa depan. Kemudian membicarakan visi tersebut seolah-olah sudah terwujud, sehingga dapat membantu tim kerja birokrasi membayangkan hal yang sama, serta menginspirasi birokrat dengan kata-kata, keyakinan, dan tindakan yang nyata (keteladanan).
2. Bersikap positif. Pemimpin yang inspiratif akan selalu bersikap positif dalam setiap masalah yang dihadapi atau mungkin dihadapinya. Memahami bahwa sikap positif membantu menemukan solusi atas tantangan dan kegagalan, serta mampu memecahkan masalah yang dihadapi daerah.
3. Rasa syukur: Pemimpin yang menginspirasi berkomitmen memperhatikan masyarakat sebagai bentuk rasa syukur kepada sang maha penitip amanah kepadanya. Berikutnya, memberikan apresiasi yang pantas kepada tim kerja birokrasi atas keberhasilan dalam pekerjannya, serta memberiian apresiasi atas partisipasi masyarakat yang ikut serta dalam membangun daerah untuk kemajuan yang besar.
4. Semangat dan antusias. Pemimpin yang inspiratif selalui menunjukkan semangat dan antusiasmenya terhadap tanggung jawab amanah yang diberikan oleh masyarakat. Kemudian berusaha sekuat tenaga dan pikiran untuk memastikan visi-misi dan program kerja berpemerintahan dapat terealisasi dengan optimal demi kesejahteraan rakyatnya. Ia juga akan berbagi semangat kerja tersebut kepada tim birokrasi pemerintahan yang dipimpinnya untuk mengakselerasi pencapaian program kerja yang telah dicanangkan agar hasilnya memberikan kemaslahatan bagi rakyat.
5. Mengedepankan komunikasi yang santun. Pemimpin yang inspiratif memahami bahwa komunikasi menjadi kunci dalam mewujudkan visi- misi dan program kerja pemerintahan. Memastikan tim kerja birokrasi betul-betul bekerja sesuai tugas, fungsi, wewenang dan kemampuannya, sehingga pekerjaannya diselesaikan dengan optimal. Kemudian membuka kran partisipasi yang seluas-luasnya bagi masyarakat untuk ikut serta terlibat dalam proses pembangunan daerah, mulai tahap perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi.
6. Mendengarkan. Pemimpin yang menginspirasi lebih banyak mendengar aspirasi masyarakat dan para birokrat pemerintahan. Lebih dari itu, bukan sekadar mendengarkan tapi berupaya membangun sikap saling menghargai dan saling menghormati antar sesama (birokrat dan masyarakat). Lalu, menerima masukan dan saran dari tim kerjanya maupun masyarakat secara umum. Kemudian menindak lanjuti masukan, saran dan pendapat publik untuk kemajuan daerah dan pemerintahan yang dipimpinnya.
7. Mendotong tim kerja untuk mencapai tujuan yang besar. Artinya kepemimpinan yang menginspirasi memengaruhi tim kerja birokrasi dan masyarakat secara umum supaya terus maju untuk mencapai tujuan bersama: kemajuan daerah.
8. Memimpin dengan hati. Pemimpin yang inspiratif mengutamakan pendekatan hati dalam memimpin melalui dialog interaktif dengan bawahannya atau publik demi kemajuan pemerintahan dan daerah yang dipimpinnya. (bersambung)