Pacesetting alias Turun Tangan
Opini – “Siapapun yang menjadi pemimpin harus mau terjun ke lapangan, tidak bisa hanya duduk di meja dan hanya menerima laporan begini begitu tanpa mengambil tindakan lebih lanjut,” (Bung Karno)
Secarik torehan ini berangkat dari petuah Sang Proklamator Indonesia, Bung Karno. Petuah yang menggambarkan sosok pemimpin merakyat. Acuan arif memilih pemimpin masa depan. Betapa tidak, ibarat kapal, seorang pemimpin adalah nahkoda kapal yang harus siap siaga dalam setiap pelayaran dan bertanggung jawab atas kesejahteraan dan keselamatan seisi kapal. Hal ini berarti menjadi seorang pemimpin itu harus dekat bersenda gurau bersama masyarakat, bukan hanya bisa memerintah orang lain untuk melakukan suatu pekerjaan, melainkan harus terjun langsung ke lapangan memberikan contoh yang konkret kepada masyarakat.
Sebagaimana ulasan sebelumnya memokuskan pada bahasan kepemimpinan restoratif, maka kelebihan yang kelima dari gaya kepemimpinan ini adalah “turun tangan”, lengkapnya kepemimpinan turun tangan alias pacesetting. Artinya pemimpin harus membiasakan diri terjun langsung ke lapangan guna mendapatkan respeksi seraya meminta masyarakat memberikan penilaian atas kepemimpinannya.
Mencermati mozaik Lombok Utara saat ini, tuman diselimuti senjakala problem kedaerahan dalam berbagai aspeknya. Dinamika pembangunan belum berjalan maksimal sesuai koridoriumnya di satu sisi, dan ligatur kepemerintahan yang kurang frendly sebagaimana kehendak publik, di sisi lain. Terhadap prana keadaan demikian, warga Lombok Utara membutuhkan sosok pemimpin pengayom. Pemimpin yang rela mengotorkan tangannya demi kesejahteraan warga dan keberlanjutan pembangunan. Figur yang terbuka dan menerima segala kritikan masyarakatnya, serta menjadikan kritikan tersebut sebagai bahan refleksi untuk membidani perubahan bagi daerahnya.
Pemimpin yang suka berkomunikasi dengan individu dan kelompok-kelompok masyarakat dengan jelas, tegas, dan mudah dimengerti. So, setiap perkataan pemimpin sangat berpengaruh terhadap siklus hidup berdaerah. Rakyat juga memiliki hak untuk tahu dan menyatakan pendapatnya terkait persetujuan ataupun ketidaksetujuannya terhadap kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerahnya. Pemimpin yang bersepakat meninjau kembali kebijakannya sembari mempertimbangkan apa yang menjadi keinginan warga. Sebagaimana Plato mengingatkan, bahwa pemimpin yang baik adalah manusia yang mampu berprilaku adil dan bijaksana dalam menentukan sesuatu, seseorang yang tetap berpihak kepada kebenaran.
Dalam hitungan beberapa hari ke depan, rakyat Lombok Utara akan memilih pemimpin yang baru, kepemimpinan yang menyatu padu dan tanpa bisa dilepaspisahkan dari rakyat Lombok Utara.
Ada banyak harapan dari rakyat Gumi Tioq Tata Tunaq untuk pemimpin yang baru. Pemimpin pilihan rakyat Lombok Utara pada Pilkada mendatang harus bisa menyelesaikan segenap permasalahan daerah hingga tuntas atau menyelesaikan masalah tanpa masalah. Kepemimpinan pembelajar atas pengalaman kepemimpinan sebelumnya. Membenahi hal-hal yang masih kurang seraya meningkatkan hal-hal yang baik.
Kepemimpinan harapan masyarakat Lombok Utara adalah kepemimpinan yang merakyat, peka dan jeli melihat persoalan rakyat, hadir demi rakyat, serta konsen pada kesejahteraan rakyat sebagai kiblat dari kebijakan-kebijakan pembangunan dan pemerintahannya. Pemimpin yang berusaha sekuat tenaga dan pikiran untuk memenuhi kebutuhan rakyat, menyadari dirinya tanpa rakyat tidak bisa menjadi pemimpin, dan pemimpin yang lebih peduli terhadap nasib rakyat kecil.
Oleh karena itu, tugas berat pemimpin mendatang adalah “membawa perubahan dan mengakselerasi kemajuan”, figur multidimensi, bisa menginspirasi dan bisa mendorong, membaur bersama warga, menempatkan diri sejajar seraya menumbuhkan kebiasaan kontributif kepada warga, serta memosisikan diri apa adanya saat memimpin sebagai pencerminan itulah seutuhnya pribadi sang pemimpin.
Memotivasi masyarakat untuk tidak mengejar posisi, tetapi mengejar potensi untuk terus berkembang. Pemimpin yang berkesadaran krisis (sense of crisis) dan berkesadaran kesigapan bertindak (sense of urgency). Kepemimpinan yang memberikan arah, menyalakan keyakinan akan kemajuan, dan memberikan solusi yang nyata, serta cerdik mendesain kebijakan berpemerintahan.
Pemimpin yang tidak hanya duduk di belakang meja dan menunggu laporan dari bawahan, akan tetapi rajin turun ke tengah masyarakat untuk mengetahui dan mengevaluasi efektivitas kebijakan dan program-program pembangunan bagi masyarakatnya. Besedia mendengarkan pandangan dan aspirasi masyarakat.
Pemimpin yang ramah bertegur sapa dengan warga untuk mengetahui dengan cepat seberapa efektif manajemen pemerintahan sekaligus memastikan program-program pro poor dapat dinikmati oleh rakyat. Membina aparatur pemerintahan daerah melayani masyarakat.
Cengli, itulah kiranya potret kepemimpinan untuk Lombok Utara: Pacesetting. (bersambung).