Opini, utarapos.com — Ungkapan sederhana namun sarat makna ini, “Ilmu akan jadi penerang dalam hidup… Bila jiwa yang membawanya benar…. Bersih dan Baik Hati serta Pikirannya…. Bila Tidak, Hanya akan Menjadi Teori2 Kosong yang Merugikan, Bahkan Membahayakan Orang Lain,” menukik tajam ke inti hakikat ilmu pengetahuan dan peran fundamental karakter dalam mengarahkannya. Dr. I Dewa Nyoman Agung Dharma Wijaya dengan lugas mengingatkan kita bahwa ilmu, layaknya suluh di kegelapan, memiliki potensi besar untuk menuntun dan mencerahkan jalan hidup. Namun, pancaran cahayanya sangat bergantung pada kualitas jiwa sang pembawa.
Bayangkan ilmu pengetahuan sebagai sebuah alat yang canggih. Di tangan seorang yang berhati mulia, berpikiran jernih, dan memiliki integritas, alat ini dapat digunakan untuk kebaikan bersama, menciptakan inovasi yang bermanfaat, menyelesaikan masalah kompleks, dan mengangkat derajat kemanusiaan. Pengetahuan yang dimiliki menjadi modal untuk pengabdian, untuk membangun dunia yang lebih adil dan sejahtera. Sosok-sosok ilmuwan dan cendekiawan yang mendedikasikan hidupnya untuk kemaslahatan umat manusia adalah contoh nyata bagaimana ilmu yang dipandu oleh jiwa yang “benar” mampu menghasilkan dampak positif yang tak terhingga.
Sebaliknya, Dr. I Dewa Nyoman Agung Dharma Wijaya mengingatkan kita akan bahaya laten ilmu di tangan jiwa yang tercemar. Tanpa landasan moral yang kuat, tanpa kebersihan hati dan kejernihan pikiran, ilmu pengetahuan dapat dengan mudah disalahgunakan. Teori-teori canggih, penemuan-penemuan revolusioner, bahkan pemahaman mendalam tentang berbagai disiplin ilmu, dapat menjadi sekadar “teori-teori kosong” yang hampa makna dan bahkan berpotensi merugikan. Lebih jauh lagi, di tangan individu yang memiliki niat buruk, ilmu bisa menjelma menjadi senjata yang destruktif, alat untuk manipulasi, eksploitasi, dan bahkan menciptakan malapetaka bagi orang lain. Sejarah mencatat berbagai contoh tragis bagaimana ilmu yang jatuh ke tangan yang salah telah membawa kerusakan yang dahsyat.
Oleh karena itu, pesan yang disampaikan Dr. I Dewa Nyoman Agung Dharma Wijaya sangat relevan dan mendesak untuk direnungkan. Pendidikan tidak seharusnya hanya berfokus pada transfer pengetahuan dan pengembangan keterampilan kognitif semata. Pembentukan karakter yang kuat, penanaman nilai-nilai etika dan moral, serta pengembangan kecerdasan emosional dan spiritual, harus menjadi fondasi utama dalam proses belajar. Ilmu pengetahuan tanpa diiringi dengan kebijaksanaan, empati, dan rasa tanggung jawab, ibarat pedang tajam tanpa gagang yang justru dapat melukai pemiliknya dan orang di sekitarnya.
Mari kita jadikan ilmu pengetahuan bukan hanya sebagai pengisi kepala, tetapi juga sebagai penuntun hati dan tindakan. Mari kita pastikan bahwa setiap ilmu yang kita serap dan kembangkan dijiwai oleh niat yang tulus, kebersihan hati, dan pikiran yang jernih, sehingga ia benar-benar menjadi suluh yang menerangi jalan kehidupan, membawa manfaat dan kebaikan bagi diri sendiri dan sesama. Pesan bijak dari Dr. I Dewa Nyoman Agung Dharma Wijaya ini adalah pengingat yang kuat bahwa hakikat sejati ilmu terletak pada harmoni antara pengetahuan dan kearifan jiwa. Semoga (*)