“Rajut Mimpi: Terbang Tinggi Studi Ke Luar Negeri”
Siapa sangka dengan memposting ulang beberapa kisah-kisah inspiratif yang dibagikan berbagai akun di media sosial Facebooknya sejak duduk di bangku sekolah menengah, telah memantik impian Al Fauzi Rahmat untuk menjadi seperti mereka. Kisah sukses para pelajar telah mencapai impiannya untuk belajar di luar negeri menjadi motivasinya untuk terus belajar dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Membuat Sekolah Menjadi Tempat yang Menyenangkan untuk Belajar dan Berkembang
Sungguh menginspirasi mendengar tentang dampak besar lingkungan pendidikan terhadap kehidupan dan aspirasi bagi Fauzi (Fauzi: sapaannya). Dimana lingkungan pendidikan telah memberikannya ruang untuk bermimpi besar. Ia memiliki guru-guru hebat yang mendukung cita-citanya dan membantunya mengasah keterampilannya untuk mencapai citanya. Sejumlah organisasi kemahasiswaan, kompetisi, dan kejuaraan semasa sekolah menengah memberinya motivasi kuat untuk berprestasi. Singkat cerita, impiannya untuk menuntut ilmu di Pulau Jawa terwujud. Berangkat dari Kabupaten Dompu Nusa Tenggara Barat menuju tanah Kesultanan Yogyakarta dengan julukan kota Pendidikan itu semakin memantapkan jalinan mimpinya, hingga muncul kesempatan saat ia mengikuti program pertukaran pelajar di Thailand semasa mahasiswa S1.
Melalui berbagai kompetisi, lomba, konferensi tingkat internasional menghasilkan pemahaman yang lebih luas mengenai dunia pendidikan sejak menempuh jenjang sarjana dan magister, ia menguatkan dirinya sendiri bahwa impiannya yang telah lama dicita-citakan untuk kuliah keluar negeri belum terkikis dan membuahkan hasil hingga menjelang akhir masa studi magisternya, sehingga ia membuka kembali catatan kecil yang diberi nama “Catatan 100 Mimpi Alfar” yang pernah ia tulis. Mungkin mimpi kuliah keluar negeri itu terlalu berlebihan, tetapi selepas menamatkan jenjang masgisternya, justru memberikan peluang kuat untuk terus mencari cara mewujudkan mimpi itu.
Membangun Lingkaran Pertemanan yang Sehat
Berada dalam lingkaran pertemanan ini tidak diragukan lagi memiliki dampak yang signifikan terhadap laju impiannya. Teman-teman dari berbagai latar belakang saling merangkul dan mendukung satu sama lain, dan perbedaan aspirasi antara ia dan teman lainnya tak menghalangi kesuksesan mereka di masa depan. Ia selalu penasaram untuk mempelajari hal-hal baru, dan lingkaran pertemanan ini ia sebut pada akhirnya membawanya untuk mengejar impiannya.
Fauzi mengatakan bahwa “setiap langkah yang saya rajut sejak saat itu ada peran dan dorongan kuat dari sahabat dan teman-teman saya, karena merekalah yang bisa menilai apakah saya telah berada di jalan yang benar atau salah, dan kehadiran mereka membimbing saya kembali ke jalur yang benar”.
Lingkarang pertemanannya sangat beragam, pertemanan yang dijalin semasa sekolah melalui organisasi dan teman kelas, dan di lingkungan tempat tinggalnya, jalinan pertemanan itu semua telah memainkan peran dalam membentuk impiannya untuk belajar di luar negeri. Kepositifan yang mereka pancarkan telah memberi kegembiraan yang luar biasa bagi dirinya, sehingga ia terus memperkuat komitmen dalam merajut persahabatan yang positif tanpa meredupkan impian orang lain.
Menyadari betapa pentingnya dukungan keluarga!
Dukungan yang tak tergoyahkan dari orang tua dan keluarga besar telah menjadi kekuatan pendorong di balik kegigihannya dalam mengejar mimpi. Anak kedua dari Bapak M. Syaifullah dan Ibu Nuryatin ini menyebutkan bahwa ia mengaggumi sosok kedua orang tuanya.
“Saya sangat bersyukur mempunyai orang tua yang dengan sepenuh hati mendukung impian anak-anak mereka, apa pun jalan yang mereka pilih, selama itu benar. Misalnya saja, saya bermimpi untuk belajar di luar negeri, dan saya punya kekhawatiran apakah hal itu akan terwujud. Tapi, mereka terus memberikan saya dukungan yang luar biasa,” ungkapnya.
Sebagai anak kedua dari empat bersaudara, ia menyebutkan sosok kedua orang tuanya tak kenal lelah mendorong cita-cita yang ia diimpikan, dimana orang tuanya disebutkan menekankan bahwa menjelajah dunia luar akan sangat penting baginya untuk menemukan wilayah yang belum dijelajahi. Itulah sebabnya, kehadiran orang tua dinilai telah memperkuat mimpinya untuk belajar. Meskipun banyak orang lain yang mungkin tidak mendapat dukungan orang tua yang luar biasa, Fauzi termasuk orang yang beruntung. Walaupun sumber daya mereka terbatas, mereka berusaha keras untuk membiayai pendidikannya, bahkan memelihara seekor Sapi sebagai investasi jangka Panjang yang telah orang tuanya pikirkan sejak saat dia kecil.
Bagaimanapun juga, Fauzi telah mengambil berbagai peranan untuk mendukung cita yang dirajutnya, termasuk bekerja sampingan sebagai asisten dosen/profesor, pembicara di beberapa pelatihan karya tulis ilmiah, dan pegawai paruh waktu di sebuah organisasi yang salah satu tugasnya bergerak di bidang pengembangan pendidikan. Upaya ini telah memberinya dukungan finansial untuk mempercepat realisasi impian. Tentu saja, doa dan dorongan orang tuanya yang tak tergoyahkan telah mengobarkan tekadnya untuk bertahan, bahkan ketika jalan untuk mencapai impiannya tampak sulit, misalnya ia menyadari bahwa keterbatasan kemampuan bahasanya masih kurang, dengan demikian ia segera menyadari bahwa pentingnya pembelajaran Bahasa asing, di samping dukungan keluarganya yang tak tergoyahkan.
Rollercoaster Motivasi
Impian untuk belajar di luar negeri merupakan sebuah cita-cita yang tiada henti, sebuah khayalan memikat yang terus bertahan yang ia citakan. Ia menuturkan bahwa demotivasi tidak dapat dihindari, namun karena lingkungan pendidikan, pertemanan, dan keluarga yang mendukung menanamkan keyakinannya bahwa impian yang masuk dalam salah satu daftar catatan 100 mimpi Alfar itu suatu hari akan terwujud. Mengingat pengalamannya pernah belajar di Thailand, tekadnya untuk melanjutkan pendidikan tinggi di luar negeri untuk studi level tertinggi tak tergoyahkan.
Perjalanan waktu yang tiada henti semakin membulatkan tekadnya untuk bersiap, mulai dari penguatan dokumen pendukung hingga melampirkan berbagai lampiran yang diperlukan. Pentingnya menjaga hubungan yang kuat dengan Sang Pencipta; Allah, orang tua, dan teman-teman adalah hal yang terpenting dalam upaya ini. Motivasi terus menggebu-gebu seiring dengan melimpahnya informasi beasiswa setiap bulannya, mendorong dimulainya persiapan. Akan tetapi, hari berganti minggu, minggu berganti bulan, perjalanan waktu yang tiada henti menggemakan proses persiapan dokumen beasiswa untuk studi di luar negeri yang tiada habisnya, dimana sebuah upaya tanpa henti yang lambat laun menggerogoti semangat.
Semangat awal untuk memulai perjalanan ambisius ini mulai memudar, digantikan oleh rasa lelah yang semakin besar, ia menuturkan bahwa adanya bisikan keraguan untuk mendapatkan beasiswa kuliah keluar negeri sangat kecil kemungkinannya. Namun, berbagai postingan motivasi kuliah ke luar negeri menjamur terus mengalir di media sosial, sehingga ia turut berpartisipasi dalam berbagai pameran kuliah keluar negeri yang diselenggarakan oleh sejumlah organisasi. Sejumlah brosur dikumpulkan, namun rasa tidak percaya masih ada.
Perburuan Beasiswa: Upaya yang Melelahkan
Di tengah derasnya pergerakan media sosial, rentetan peluang beasiswa dari negara-negara Eropa dan Asia mulai bermunculan, sehingga memicu semangatnya. Prospek mendapatkan pendanaan, baik melalui inisiatif pemerintah atau beasiswa berbasis universitas, mendorong upaya untuk melanjutkan pendidikan tinggi di luar negeri semakin dekat.
Fauzi mengingat nasihat bijak seorang instruktur Bahasa saat ia kursus IELTS, “sing penting submit” yang penting unggah, dimana kalimat ini bergema dan merasakan dokumen yang kurang atau apa adanya yang penting serahkan saja. Kukurangan daya seni membuat surat motivasi yang menarik masih merupakan sebuah tantangan baginya, kehadiran teman-teman yang suportif sebelumnya terbukti sangat berharga. Ia menyebutkan bahwa bantuan mereka dalam menyempurnakan esai miliknya dan memberikan umpan balik merupakan bukti kekuatan hubungan positif.
Perhatian ini disebabkan karena setiap permohonan beasiswa menghadirkan serangkaian persyaratan unik, menuntut pengorbanan waktu yang cukup untuk menyediakan itu semua, penyesuaian dokumen lamaran beasiswa untuk setiap peluang beasiswa merupakan pekerjaan yang sedikit lumayan memakan tenaga, misalnya surat rekomendasi yang memerlukan tanda-tangan dan stempel basah pun tidak terhitung jumlahnya dan tiap orang telah banyak dimintai bantuan olehnya, sehingga sering kali memerlukan banyak draf dan revisi. Inti dari upaya ini, ia menyebutkan apa pun hasilnya, adalah upaya yang tak tergoyahkan dan harapan yang tak terhapuskan.
Selama periode itu, serangkaian pengumuman yang tidak menyenangkan memberikan bayang-bayang kekecewaan. Meskipun tanggapan positif dari para profesor di universitas-universitas yang diinginkan memberikan sedikit dorongan, kurangnya dukungan finansial melalui beasiswa mengancam akan memadamkan impian untuk melanjutkan pendidikan tinggi, sebuah studi yang dapat menghabiskan biaya ratusan juta bahkan miliaran rupiah pada tingkat yang lebih tinggi tidak mampu digapai tanpa adanya dukungan beasiswa, pungkasnya.
Beasiswa Stipendium Hungaricum: Mimpi yang Menjadi Kenyataan
Di tengah banyaknya beasiswa yang ia lamar, ada satu pemberitahuan surel pada malam tanggal 15 Juni 2023 yang mengirimkan gelombang kegembiraan. Kelulusan beasiswa Stipendium Hungaricum, itu adalah wujud mimpi yang dipupuknya sejak sekolah menengah kini akan segera terwujud, ia mengingatkan Kembali inspirasi postingan-postingan yang beredar di laman social media yang mana banyak mahasiswa yang berkesempatan belajar di luar negeri dengan beasiswa. Kini, kisah itu juga menjadi kenyataan untuk dirinya.
100 mimpi yang ia tulis dengan cermat di buku catatan yang telah hilang sejak masa sarjananya bukanlah sekadar khayalan, melainkan bukti tekadnya yang tak tergoyahkan. Ungkapan “sing penting submit” memiliki arti yang sangat besar, mengingatkannya bahwa mengambil langkah pertama sangatlah penting.
Ia menuturkan, beasiswa yang sangat kompetitif ini tidak akan mungkin terwujud tanpa rahmat Ilahi, doa yang tak tergoyahkan dari orang tuanya, dan dukungan yang tak tergoyahkan dari teman-temannya. Cita-cita dan harapan yang membumbung tinggi, seperti yang tertuang dalam satu bab dalam bukunya yang terbit “Lika-Likulihah” kini mulai terwujud yang akan memulai merasakan perjalanan studinya di negara Eropa.
Negara Hungaria menandai awal perjalanan doktoralnya, sebuah mimpi yang tidak pernah terpikir akan menjadi kenyataan saat mengikuti tahapan seleksi yang cukup panjang itu. Dia dengan penuh semangat membagikan berita kelulusannya kepada orang-orang terdekatnya; orang tua, guru, dan temannya– untuk mengungkapkan rasa terima kasihnya yang tulus atas dukungan mereka yang tak tergoyahkan.
Rentetan persiapan selama dua tahun terakhir dari persiapan IELTS masih terpatri jelas dalam ingatannya. Saat kakinya menyentuh tanah Hongaria menandai menyatunya mimpi dan kenyataan, membuka jalan bagi petualangan memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang pada akhirnya akan bermanfaat bagi masyarakat luas.
Pendidikan: Katalis Kemajuan Pribadi dan Masyarakat
Fauzi sangat yakin bahwa pendidikan dapat memberdayakan individu dengan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang mereka butuhkan untuk menjadi anggota masyarakat yang produktif dan berkontribusi. Keyakinan ini terlihat dalam surat motivasi yang menyertai dalam permohonan beasiswanya, di mana ia menguraikan rencana masa depannya dalam dua lembar kertas berharga itu.
Pada akhirnya, ia menekankan bahwa pentingnya berpikir kritis, komunikasi, kolaborasi, dan kreativitas. Ia menegaskan bahwa melanjutkan studi di Hongaria, sebuah negara di Eropa, akan menyediakan lingkungan yang ideal baginya untuk mengembangkan kualitas pendididkan dari pengajar-pengajar professor. Melalui studi doktoral dan pengalaman berharga yang diperolehnya ini, ia membayangkan dirinya dan berharap semoga dapat memberikan dampak positif bagi Masyarakat kelak.
Al Fauzi Rahmat
Seorang Pelajar, di Program Studi Doctoral of Economic and Regional Sciences, Hungarian University of Agriculture and Life Science, Hungary, ia pernah menerbitkan buku berjudul “LIKA-LIKULIAH: Tell Short Story Behind Study in Chiang Mai Thailand” dan buku “Kini, Aku (Harus) Berlari”.